Pohon Sukun di Flores NTT awal terbentuknya Pancasila
Indonesia lahir tidak
terlepas dari sebuah sejarah panjang yang kita rasakan masa sekarang, indonesia
merdeka bukan dengan demo yang di lakukan orang yang mau merebut tahta di
negeri ini, tapi indonesia lahir dengan cucuran darah yang begitu banyak,
rakyat tersiksa begitu kejam selama 350 tahun.
Sekarang kita sudah lama merdeka, tentunya kita tidak lupa akan sejarah panjang serta peran pemuda dalam membangun negri ini, dari orde lama, orde baru sampai reformasi. Kita dari berbagai suku, budaya, ras dan agama padati bumi pertiwi dengan semboyan bhineka tunggal ika.
Mengkawali kemerdekaan bangsa ini sejak 72 lamanya terhindar dari kecaman para penjajah. Namun akhir-akhir ini kita masih dengar bahwa penjajah itu tetap masih ada, dan lain halnya penjajahan belanda dan jepang yang secara terang terangan menindas individu masyarakat indonesia. Namun, penjajahan yang kita rasakan sekarang adalah bukan penjajahan yang berasal dari Negara lain, tapi dari segelitir orang yang mau menguasai tahta negri ini, orang yang tidak mau lagi di pimpin tapi mau memimpin. dan ada Organisasi kemasyarakatan yaitu FPI dan HTI sudah tidak menginginkan lagi bahwa idiologi bangsa kita adalah pancasila, tentunya ini merupakan langkah awal kehancuran bangsa.
Banyak aturan Negri ini yang tidak lagi di patuhi oleh kaum radikal, namun sangat menyudutkan bagi orang yang jujur, PILKADA DKI merupakan landasan jelas bahwa bhineka tunggal ika tidak lagi miliki arti bagi masyarakat masa sekarang, karena suku dan agama selalu di banding-bandingkan dalam visi dan misi kandidat. menurut pemikiran penulis ini merupaka kebhinekaan kita sudah cacat, dan perlu merefleksi kembali sejarah terbentuknya pancasila sebagai idiologi bangsa dengan memaknai semboyan bhineka tunggal ika.
Sang proklamator ir. Soekarno telah berjuang untuk memerdekakan bangsa ini dari genggaman penjajah dan sekaligus pencetusnya lima dasar sila tentunya tidak menginginkan bahwa Negara ini hancur karena PILKADA dan karena kepentingan sekelompok orang saja.
Pohon sukun di Ende, flores merupakan sejarah awal terbentunya lima butir dasar Negara kita yang kita kenang sampai hari ini dengan nama pancasila. Pohon sukun itu berdiri di atas sebuah bukit kecil menghadap ke teluk. Hampir setiap hari selama pembuangan di Ende, Flores sejak 1934 sampai 1938, soekarno selalu mengunjungi pohon itu untuk sekadar memandanginya selama berjam-jam. Sejak saat itu bung karno yang dibuang pemerintah Belanda ke pulau sunyi ini.
Dalam otobiografinya 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia', sang proklamator menganggap pohon itu bukan sekadar pohon. Tetapi juga pemberi ilham menggali Pancasila. Soal ilham pohon bernama latin Artocarpus communis itu pernah diungkapkan Bung Karno di hadapan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945, atau tepat 67 tahun lalu.
"Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila," cetus Bung Karno.
Bung Karno mengatakan, apa yang dia kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi dan tradisi-tradisi nusantara sendiri. "Dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah," ujarnya. Lima mutiara berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan inilah yang kemudian menjadi Pancasila sekarang. "Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong," kata Bung Karno. Pidato Soekarno di BPUPKI itu mendapat tepuk tangan meriah. Pancasila diterima secara aklamasi.
BPUPKI kemudian membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir , Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin). Mereka ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.
Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI. Hingga kini setiap 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila.
Oleh : Berto Hardu
Komentar
Posting Komentar