TEORI BELAJAR NATIVISTIK

OLEH:
KELOMPOK
Ø NOBERTUS
HARDU (513 06 042)
Ø EDMUNDUS
N.D. LIAN (513 06 052)
Ø FLORIANUS
J. PAHO (513 06 059)
Ø HERLINA
GORETI (513 06 087)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
TUHAN yang maha Esa atas terwujudnya
penulisan makalah tentang “TEORI NATIVISME”
dalam rangka pemberian tugas dari dosen pembimbing matakulia “TEORI
BELAJAR BAHASA” yang bertujuan meningkatkan kemampuan kami dalam menyusun
sebuah karya tulis untuk memantapkan proses belajar mengajar di perguruan
tinggi.
Melalui makalah ini kami sebagai calon
guru di bekali pengetahuan dan ketrampilan diri dalam merancang pembelajaran bahasa dan sastra indonesia. Dan
kami juga menyadari bahwa makalah
ini masih kurang sempurna.
Semoga makalah ini mendatangkan manfaat
bagi kita semua, dan kami juga mengharapkan tegur sapa dan saran dari dosen
pembimbing dan teman-teman semua.
Makassar, Januari 2016
penulis
ii
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………....…...i i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………….iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latra Belakang
Masalah………………………………….……….....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...….1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………
…….…...2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Nativistik………………………………………....3
B.
Sejarah
Teori Nativistik …………………………………………....4
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Nativistik ………………………..5
D. Pengaruh dan
Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan…6
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
..............................................................................................8
B. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………...9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Aliran
Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-1860)
berpendapat bahwa bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan buruk. Istilah
Nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian,
menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna
bagi perkembangan anak itu sendiri.
Tetapi
pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan, masih
banyak faktor lain yang mampengaruhinya. Pandangan konvergensi akan memberikan
penjelasan tentang kedua faktor yaitu pambawaan (hereditas) dan dan lingkungan
dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang
berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti“ pribadi
(G.Leibnitz;Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, menentukan
pilihan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang
mempunyai kemauan bebas. Pandanga-pandangan tersebut tampak antara lain
humanistic psychologi (Carl R.Rogers) ataupun phenomenologi/ humanistik
lainnya.
B. Rumusan
masalah
Dari latar belakang permasalahan
tersebut, dappat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah
pengertian Teori Nativistik itu?
2.
Bagaimana sejarah Teori Nativistik?
3. Apa
sajakah kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik?
C.
Tujuan penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan teori Nativistik yang dimana
teori ini menjelaskan sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas,
pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Nativistik
Nativisme
berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari
filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas,
pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran ini adalah
Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880 dan Noam
Chomsky pada awal tahun 1960.
Teori
nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori behavioris.Nativisme
berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, anak perlahan menggunakan
kemampuan lingualnya yang telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut
para pakar teori ini, lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses
pemerolehan bahasa. Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk
dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation. Sehingga ia menegaskan
bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena:
a) Perilaku berbahasa adalah sesuatu
yang diturunkan (genetik), pola perkembangan bahasa berlaku universal, dan
lingkungannya hanya memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
b) Bahasa dapat dikuasai dalam waktu
singkat, tidak bergantung pada lamanya latihan seperti pendapat kaum
behaviorisme.
Melalui
teori ini Arthur Schopenhauer juga menegaskan bahwasannya yang buruk akan
menjadi buruk dan yang baik akan menjadi baik tanpa terpengaruh lingkungan yang
ada.
Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah tentang sistem bahasa anak-anak bekerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahasa anak-anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem yang diakui. Perkembangan linguistik anak-anak bukanlah proses semakin berkurangnya struktur-struktur yang tidak tepat bukan sebuah bahasa dimana tahap sebelumnya mengandung lebih banyak kekeliruan ketimbang tahap selanjutnya. Justru, bahasa anak-anak disetiap tahap adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka berkembang maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus, dibentuk ulang atau ditinggalkan.
Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah tentang sistem bahasa anak-anak bekerja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahasa anak-anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem yang diakui. Perkembangan linguistik anak-anak bukanlah proses semakin berkurangnya struktur-struktur yang tidak tepat bukan sebuah bahasa dimana tahap sebelumnya mengandung lebih banyak kekeliruan ketimbang tahap selanjutnya. Justru, bahasa anak-anak disetiap tahap adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka berkembang maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus, dibentuk ulang atau ditinggalkan.
B. Sejarah Teori Nativistik
Dalam
teori ini dinyatakan bahwa perkembangan dan kemampuan berbahasa merupakan
pembawaan sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisme
(terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu
pandangan bahwa perkembangan dan pemerolehan bahasa anak ditentukan dan
diperolah oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor alam yang kodrati.
Teori
ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang
beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah
oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan
yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Teori ini
sebagai lawan dari teori behavioristik yaitu .kemampuan berbahasa seorang anak
diperoleh dari lingkungan yang membentuk seorang anak tersebut. Teori ini
memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan TIDAK ditentukan oleh factor
pendidikan dan lingkungan yang ada pada anak tersebut Kemampuan berbahasa
ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab
lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Kemampuan
berbahasa seorang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa fator intern
diantaranya:
1. Faktor genetic
Adalah
factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul
dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang
penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang
prosentasenya besar.
2. . Faktor Kemampuan Anak
Adalah
factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam
dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya. Contohnya adalah Ketika ada kegiatan ekstra kulikuler pidato
anak tersebut tertarik untuk mengikuti guna mengembangkan bakat yang ada pada
dirinya.
3. Faktor pertumbuhan Anak
Adalah
factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan
dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka
dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang
dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut
tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Dari
ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta kematangan
pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu pendapat bahwa
dapat mencipatakan masyarakat yang baik. Dengan ketiga faktor tersebut,
memunculkan beberapa tujuan dalam teori nativisme, dimana dengan
faktor-faktor yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang yang mantap dan
mempunyai kematangan yang bagus.
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Nativistik
a. Kelebihan
1) Mampu memunculkan bakat yang
dimiliki
Dengan
teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki
dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal
ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar
terhadap kemajuan dirinya.
2) Mendorong manusia mewujudkan diri
yang berkompetensi
Jadi
dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif
dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten
sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman
sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten
lebih unggul daripada yang lain.
3) Mendorong manusia dalam menetukan
pilihan
Adanya
teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya,
dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan
berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang
dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
4) Mendorong manusia untuk
mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Teori
ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan
potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus
sebagai jati diri manusia.
5) Mendorong manusia mengenali bakat
minat yang dimiliki
Dengan
adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, dengan
artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia
dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa lebih optimal.
b. Kekurangan
Teori
ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena
telah ditentukan oleh sifat-sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka
akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat
manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan
sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang
“kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.
D.
Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan
Telah
cukup banyak dibicarakan hal-ikhwal tentang pendidikan, baik kaitannya dengan
hakikat kehidupan manusia, maupun kaitannya dengan kebudayaan sebagai produk
dari proses pendidikan. Pada saat manusia mengalami tahap perkembangan, baik
secara fisik maupun rohaninya dalam proses pendidikan, muncullah pertanyaan
mendasar tentang faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan itu.
Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri, atau faktor dari
luar diri manusia, ataukah kedua-dunya itu secara bersama-sama. Dari faktor
pertamalah timbul teori yang disebut sebagai teori nativisme. Nativisme berasal
dari kata “nativus” artinya pembawaan.
Teori
nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini
berpendapat bahwa manusia itu mengalami pertumbuhkembangan bukan karena faktor
pendidikan dan intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh
bakat dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak
ada gunanya dan tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu
justru akan merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu
diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak terjadi
secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.
Telah
dibahas pada sebelumnya bahwa teori nativisme berpendapat tentang perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir, serta faktor lingkungan
kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Menganalisis dari
pendapat tersebut, anak yang dilahirkan dengan bawaan yang baik akan mempunyai
bakat yang baik juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,. Faktor-faktor yang lainnya
seperti lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan hal itu juga tidak bisa
diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan merupakan
suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori tersebut, karena anak akan
menetukan keberhasilan dengan sendirinya bukan melalui sebuah usaha pendidikan.
Walaupun dalam pendidikan tersebut diterapkan dengan keras maupun secara
lembut, anak akan tetap kembali kesifat atau bakat dari bawaannya. Begitu juga
dengan faktor lingkungan, sebab lingkungan itu tidak akan berdaya mempengaruhi
perkembangan anak.
Dalam
teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan
menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa unsur yang paling
mempengaruhi perkembangan anak adalah unsure genetic individu yang diturunkan
dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut anak akan berkembang dalam
cara yang terpola sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada masa bayi,
berkurang pada masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan maksimum pada
masa remaja dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Teori
nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori behavioris.Nativisme
berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa pertama, anak perlahan
menggunakan kemampuan lingualnya yang telah terprogram secara genetis. Sehingga
menurut para pakar teori ini, lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses
pemerolehan bahasa. Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk
dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation.
B. Saran
Apa
yang dijelaskan kami dalam makalah hanya
sedikit tentang penjelasan Teori Belajar Bahasa. Oleh karena itu, bagi para
pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang
berhubungan dengan materi Teori Belajar Bahasa. Khususnya mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Komentar
Posting Komentar