BEM FKIP UNPACTI Dalam Refleksi Berto Hardu

Mahasiswa selalu di kaitkan dengan agen perubahan atau istilah adalah agent of change, secara garis besar fungsi dan kedudukan mahasiswa itu sendiri tidak pernah kita ragukan lagi. Sebagai agen perubahan mahasiswa selalu di nantikan kehadirannya oleh banyak orang. Karena dimana ada mahasiswa disitu ada kemajuan, dimana ada kemajuan disitu pasti ada harapan.

Pada dasarnya kehidupan itu memiliki struktur yang unik dalam tatanan masyarakat, baik itu politik, sosial dan budaya, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya. Kehadiran  mahasiswa dalam struktur masyarakat ini adalah sebagai jalan untuk membuka mata para kaum elit, membuka mata para politikus dan para koruptor akan makna sebuah kehidupan yang sesungguhnya.

Mahasiswa adalah sentral sebuah peradaban, karena mereka adalah kumpulan pahlawan dan calon pahlawan, kumpulan ilmuwan dan calon ilmuwan, kumpulan negarawan dan calon negarawan, kumpulan perwira dan calon jendral. Mereka juga adalah kumpulan guru dan calon guru maka mahasiswa adalah segala-galanya.

Melalui pemahaman akan posisi mahasiswa seperti ini secara konteks kepemimpinan, maka peran dan fungsi besar Mahasiswa adalah sebagai Iron Stock. Dimana Mahasiswa merupakan calon-calon pemimpin masa depan yang menjadi asset berharga suatu negeri yang perlu dipelihara supaya tumbuh berkualitas dan berkembang menjadi bunga-bunga bangsa.

Mahasiswa juga memiliki memiliki peran penting dalam berdemokrasi, peran kampus tidak hanya berhenti pada tataran bagaimana materi-materi kuliah diajarkan tetapi juga sebagai wadah bagaimana demokrasi kenegaraan itu dipraktekkan. Hal ini kemudian membuat telinga kita tidak terlalu asing ketika mendengar istilah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau SENAT serta beberapa organisasi internal kampus lainnya, meski ruang lingkup kerjanya hanya seputaran universitas dan fakultas.

Kampus laksana sebuah Negara kecil yang lengkap dengan sistem pemerintahannya sendiri. Sebagai miniature sebuah Negara, juga memiliki beberapa tahapan berdemokrasi yang tidak kalah penting yaitu Pemilu Mahasiswa (Pemilihan Raya Mahasiswa), KPRM (Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa).

Beberapa aktivitas ini merupakan pembelajaran politik bagi para iron stock negeri ini sebelum mewarisi tanah airnya. Namun untuk menghidupkan Negara kecil itu dengan sistem pemerintahannya tidak akan bisa berjalan secara signifikan tanpa partisipasi dan legitimasi dari seluruh elemen kampus.

Dalam menikmati demokrasi kampus untuk menghidupkan Negara kecil itu yang terkhusus dalam hal ini adalah Pemilu Raya, maka harus ada aspek-aspek penetrasi kekuasaan yang berawal dari penguasaan wacana publik, dimana seluruh masyarakat kampus yang terkait paham akan proses dan output dalam memainkan perpolitikan kampus serta adanya dukungan dan partisipasi didalamnya.

Kedua, harus diformulasikan wacana itu dalam draf hukum secara lengkap untuk dimenangkan dalam wacana legislasi melalui lembaga legislatif kampus yang terkait. Lalu yang terakhir dipastikan wacana legislasi itu dilaksanakan dan diterapkan dengan sempurna oleh komisi pemilu raya  atau tim penyelenggara serta mendapatkan dukungan besar dari birokrasi kampus.

Senantiasa harus melakukan evaluasi yang intens ditengah dan akhir perjalanan pemilu raya. Hal ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang acapkali dianggap tidak penting oleh sebagian orang padahal pembelajaran politik berdemokrasi dapat diketahui dan ditentukan oelh sejauh mana kita mengetahui pencapaian-pencapain proses kita dalam perjalanannya hingga selesai.

Sebelum memasuki pemilu raya, organisasi BEM  melaksanakan musyawarah besar atau MUBES, dimana ada beberapa hal yang  harus membutukan  kesepakatan bersama  dari seluruh masyarakat yaitu mahasiswa secara musyawarah untuk kepentingan BEM selama satu priode kedepannya, adapun hal-hal yang di bahas selama kegiatan mubes ini adalah, pembahasan  anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) kalau dalam kenegaraan adalah Undang-undang yang mengatur , garis besar haluan organisasi (GBHO) dan laporan pertanggung jawaban dari pengurus yang akan demisioner dan pemilihan ketua  Maperwa.

Sebagai lembaga yang memiliki fungsi dan peran untuk mencetak para pemimpin-pemimpin bangsa dan menciptakan generasi-generasi yang terdidik serta memiliki mental dan pemikiran kritis yang tinggi BEM FKIP UNPACTI yang telah di percayakan kampus mampu dan selalu siap untuk menjadi lembaga yang dapat di andalkan dan akan bersaing dengan organisasi-organisasi lainnya yang ada di muka bumi.

Sejak berdirinya BEM FKIP sampai sekarang memiliki banyak permasalahan-permasalahan tersendiri, permasalahan yang muncul dari pribadi kita sendiri, baik dari kita sebagai pengurus maupun sebagai angggota biasa, namun dengan keuletan dan semangat untuk perubahan tentunya permasalah itu hilang dengan sendirinya.

Kadang kita berteriak kepada pengurus BEM, pengurus  BEM berteriak kepada fakultas namun fakultas pun berteriak kepada Rektorat dan Rektorat pun menangis kepada Yayasan, permasalahan terus bergulir sehingga  kita tidak pernah benar-benar menemukan letak kesalahnnya dimana. Kita sebagai mahasiswa yang menjadi sasaran.

Namun apakah kita hanya diam terus dan apakah kita hanya mempersalahkan ketua serta pengurus BEM? tentunya kita, mulai melihat diri sendiri terlebih dahulu. Banyak yang telah di upayakanpengurus selama ini tentunya untuk memperluas wawasan kita sebagai mahasiswa, yaitu menyediakan Majalah Dinding untuk menuangkan aspirasi kita, lomba menulis karya sastra, namun ada tidak yang mendukung serta ikut berpartisipasi selain hanya segelintir orang yang selama ini selalu terlibat.

Menurut pribadi saya seharusnya ini yang di perjuangkan kedepannya, bahwa bukan hanya pengurus saja yang ikut berpartisipasi tapi kita semua yang berada di lingkup FKIP, karena perubahan itu muncul ketika kita selalu bergandeng tangan sehingga apa yang kita cita-citakan bersama dapat kita petik hasilnya.

Itulah permasalahan yang sering kita alami, namun terlepas dari itu saya pun sadar bahwa itulah tugas dan tanggung jawab kita sebagai pemimpin (Iron Stock) yaitu mengayomi dan menerima kritikan sebagai pembelajaran.  

Sebagai orang yang baru belajar untuk memimpin masyarakatnya tentunya kritikan adalah jembatan bagi kita untuk melewati serta sebagai teori untuk menjadi pemimpin yang berkualitas yang dapat di kenang oleh masyarakatnya.

Pemilu raya sebentar lagi kita akan rasakan, pemilu raya  merupakan proses demokrasi kampus yang perlu mendapatkan dukungan proaktif dari seluruh masyarakat kampus, maka kondisi perpolitikan dan mekanismenya pun harus lebih demokratis lagi sebagai konsekuensi dari makna intelektualitasnya.

Walaupun dalam prosesnya dengan segala kebaikan demokrasi pasti akan mungkin terjadi juga berbagai keburukannya. Karena tidak semua pihak dalam proses pemilu raya memiliki pemahaman, kesepakatan tujuan atau kepentingan yang sama, bahkan yang sering terjadi adalah memanfaatkan pemilu raya ini untuk kepentingan individu atau kelompoknya. 

Sebagai orang yang sadar akan perkembangan BEM FKIP, maka marilah kita menjaga kegiatan ini agar kegiatan yang di selenggarakan oleh komisi pemilu raya dapat berjalan dengan aman dan damai. Untuk menjadi pemimpin kedepannya itu terletak dari pilihan kita,  sepantasnnya kita memilih pemimpin yang betul-betul mampu mengembangkan serta dapat menjaga amanat  yang kita embankan  demi  menjaga nama baik organisasi dan kampus.

Menjadi pemimpin adalah cermin bagi banyak orang, serta cahaya bagi orang yang mengagumi cara kepemimpinan kita. menjadi pemimpin harus menyiapkan telinga untk selalu mendengar suara rakyatnya, menyiapkan hati yang lapang untuk menampung aspirasi dan menyiapkan tenaga untuk setia dalam setiap pekerjaan, serta menyiapkan perasaan  dan emosi setiap mendengar cacian orang lain.

Saya berharap siapa pun yang menjadi pemimpin BEM FKIP kedepannya harus betul-betul berkerja, jangan membuat sekat antar sesama, karena sekatlah yang membatasi persahabatan kita, dan kami pun berharap semoga apa yang menjadi kelebihan kami di priode 2016/2017 tolong dikembangkan dan  semua kekurangan kami buanglah sejauh mungkin. Karena kami sadar bahwa kita adalah mahluk yang lemah yang tidak terluput dari segala kekurangan.

Ciptakanlah suasana yang baru untuk FKIP, ciptakan meja untuk berdiskusi dan pergunakan setiap tema untuk mencari solusi, dan jadikan solusi sebagai bahan refleksi .

Mewakili segenap pengurus BEM FKIP UNPACTI Periode 2016/2017 mengucapkan selamat mengembankan tugas untuk pengurus BEM periode 2017/2018, jadilah panutan dan garda terdepan untuk Universitas Pancasati Makassar.

“KITA ADA UNTUK SALING MENGENGGAM HINGGA LINGKARAN KITA GARISNYA TAK TERBATAS”

Oleh : Berto Hardu
Mahasiswa UNPACTI, Makassar
Kontributor marjinnews.com Wilayah Makassar 
Tulisan ini sudah di muatkan di http://www.marjinnews.com/2017/05/bem-fkip-unpacti-dalam-refleksi-berto.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sejarah dan Atribut PMKRI

metode retorika

sejarah perkembangan psikolinguestik