Hanya Tinggal Kenangan
Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan dan dimana
ada perpisahan pasti ada kenangan. Perputaran waktu tak pernah kita rasakan,
berbagai cerita telah kita tuangkan demi mengisi hari demi hari. Begitu banyak
kisah yang telah kita lalui, entah
sesuatu yang bahagia maupun di masa-masa saat kita sedih.
Masihkah kita bayangkan ketika kita pertama kali
datang mendaftar di Universitas
Pancasakti Makassar, ada yang senang
karena sebentar lagi merasakan bangku kuliah, ada yang berjalan dengan
angkuh karena bangga tak ada lagi yang mengatur semenjak kita berada di bangku
SMA dan ada pula yang berjalan dengan gugup karena malu di lihat sama seniornya
,maklum kalah style dengan senior.
Suatu ketika di mana saat itu kita mengikuti tes masuk menjadi mahasiswa
baru, kita saling tatap-tatapan, namun malu untuk berjabat tangan dan berkenal
satu sama lain.
Setelah kita lulus dan tibalah saatnya kita
mengikuti kegiatan ospek, dengan penampilan kita yang masih ambur aduk dan
kelihatan berantakan bagi senior kita, dan pertama kali kita di bentak sama
senior, rambut kita di cukur plontos untuk laki-laki, dan perempuan di kepang
menggunakan sumbuh kompor dengan sepuluh kepangan. Kita menggunakan trening
olah raga dengan kaos ospek bertemakan HORTOTORIK dengan pesan Kita Ada Untuk Saling Menggengan Hingga
Lingkaran Kita Garisnya Tak Terbatas , di sertai kaus bola kaki dengan
warna merah dan putih, terining kita di masukin kedalam kaus kaki, dengan
sepatu yang di ikati oleh tali raffia, tak lupa kita bawakan tas karung dengan
nemtek dengan nama cantik, ada yang menggunakan nama “tema, judul, pantun dsb….”
, dan kaca mata berwara hitam. Dan anehnya kita gunakan itu di
jam 04.00 subuh, kita berjalan jongkok dan adapula yang di suruh berlutut
bergegas memasuki pintu gerbang Universitas Pancasakti, dan masihkah kalian
ingat ketika senior menganggap kita seperti sebuah botol kosong yang perlu di
isi, dan ketika kita lewat di depan mereka dengan sebutan “hormat senior ta’I
kucing mau lewat” baru kita di beri kesempatan untu berjalan.
Setelah masa ospek telah usai kita baru bisa mengisap
udara bebas di halaman kampus dan resmi menjadi mahasiswa semester satu, dengan
pakian yang rapi kita selalu datang lebih awal di banding senior-senior kita,
maklum anak baru sering takut terlambat, hehhh. Kita selalu masuk di ruangan
yang sama, bergabung dengan kawan lama sampai masa-masa itu kita lalui. kita
yang saling nongkrong di lantai dua
sambil menatap dari balik tembok melihat ke halaman kampus.
Masihkah kalian ingat ketika kita saling berdebat di
dalam ruangan, mempertahankan argument, saling tunjuk satu sama lain, dengan
nada keras kita berbicara seolah-olah sudah kuasai semua teori yang di bahas. Maklum cari muka di depan
dosen memang begitu. Hehhehe
Menginjak semester lima, ruangan lantai dua sudah di
isi oleh anak-anak semester satu dan tiga, kita berbondong bercengkrama di
depan ruangan BEM FKIP, kita bernyanyi, berdebat bagai saudara kandung.
Semuanya mulai
berubah semenjak kita proposal,
kesibukan pribadi mulai kita geluti, ada yang ke kampus dan ada pula yang
tidak, dan anehnya ada yang ke kampus karena ada info di grup yang menyangkut
kepentingan pribadinya. Namun saya bangga
berkat kebersamaan itu angkatan kita di akui sebagai angkatan yang paling baik
atau persiapannya paling matang dalam menghadapi ujian akhir menurut kaca mata
pa Mansur Ga’ga di bandingkan
angkatan-angkatan sebelumnya, meskipun pak Mansur merupakan dosen yang paling
teliti dan jelih melihat penulisan skripsi kita
sekaligus dosen yang paling banyak bertanya saat ujian. Hehheh anak
bimbingan dia pasti taulah.
Masa-masa akhir itu merupakan masa yang sangat indah
yang tentunya kita akan kenang selamanya,. masa dimana kita merasakan emosi
apabila banyak revisi, di tegur serta banyak pertanyaan dari penguji maupun
pembimbing, dan bangga ketika langsung di tandanda tangan apalagi yg penguji
sama pembimbingnya pa syahrudin. Hhahhahaha
Dosen di dalam fakultaspun selalu gerah, karena
setiap hari kita selalu ada di fakultas maupun di luar fakultas mengisi bangku
yang panjangnya 4 meter, meskipun yang lainnya duduk da yang lainnya hanya bisa
berdiri.
Namun bangku itu telah kosong kawan, tak ada lagi
wajah-wajah kita di sana, tak ada lagi perdebatan di depan ruang BEM FKIP dan
tak ada lagi yang ketemu sama penguji dan pembimbing. Seolah bangku-bangku itu
hanyalah pajangan yang takkan di isi lagi oleh wajah-wajah angkatan kita, bangku-bangku
itu hanyalah lukisan sejarah yang pernah kita tempati, yang melahirkan seribu
kisah.
Kawan aku ridu masa-masa indah itu, masa dimana kita
saling kenal, kita saling berdebat, saling bercengkrama dengan
nyanyian-nyanyian, aku ingin kita lukiskan cerita itu kembali.
Aku tak ingin kisah itu hanya meninggalkan sejarah,
aku ingi kisah itu akan terus berlabuh seperti pesan dalam tema hortotorik “Kita Ada Untuk Saling Menggengan Hingga
Lingkaran Kita Garisnya Tak Terbatas”.
Titip salamku untuk kalian semua, semoga sehat
selalu, cepat mendapatkan kerja serta semoga kita bisa berjumpa kembali sama seperti
selama kita berada di Universitas Pancasakti Makassar, jangan lupa untuk
memberikan kabar. Semoga tuhan senantiasa melindungi serta menjaga setiap
langkah aktifitas hidup kita di hari-hari selanjutnya
Salam Hormatku
Berto Hardu
Komentar
Posting Komentar