tugas apresiasi sastra




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin  apreciatio yang berarti ‘mengindahkan’ atau ‘menghargai’. Secara terminologi, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berupa prosa fiksi, drama, maupun puisi (Dola, 2007). 
Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna
            (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan
(2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni aspek kognitif, aspek emotif, dan  aspek evaluatif.
1.      Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif tersebut, selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks yang secaralangsung menunjang kehadiran teks sastra itu sendiri.
2.      Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang mengandung ketaksaan makna atau bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang bersifat metaforis.
3.      Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan  pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian.
                                                                     
Sejalan dengan rumusan pengertian di atas, Effendi dalam (Aminuddin,2002) mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra  secara sungguh-sungguh  sehingga  menumbuhkan  pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Juga disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya.
Belajar apresiasi sastra pada hakikatnya adalah belajar tentang hidup dan kehidupan. Melalui karya sastra, manusia akan memperoleh gizi batin, sehingga sisi-sisi gelap dalam hidup dan kehidupannya bisa tercerahkan lewat kristalisasi nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra tak ubahnya sebagai layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia. Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju proses globalisasi, sastra menjadi makin penting dan urgen untuk disosialisasikan dan "dibumikan" melalui institusi pendidikan. Karya sastra memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang. Dengan bekal apresiasi sastra yang memadai, para keluaran pendidikan diharapkan mampu bersaing pada era global dengan sikap arif, matang, dan dewasa.

B.     Kegiatan  Langsung  dan  Tak  Langsung  Dalam Mengapresiasi Sastra

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra sebenarnya  bukan  merupakan  konsep  abstrak  yang  tidak  pernah terwujud  dalam tingkah laku, melainkan  merupakan pengertian  yang di dalamnya menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara kongkret. Perilaku tersebut dapat dibedakan ke dalam perilaku kegiatan langsung dan tak langsung.
Apresiasi  sastra  secara  langsung  adalah  kegiatan  membaca  atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung itu dapat terwujud melalui kegiatan membaca, memahami, menikmati serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, maupun teks sastra yang berupa puisi.
           Kegiatan langsung yang mewujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi  misalnya  saat  anda  melihat,  mengenal,  memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi, cerpen, pememtasan drama, baik di radio, televisi, maupun pementasan di panggung terbuka. Bentuk kegiatan ini secara kontinum harus dilakukan sungguh-sungguh, dan berulangkali. Hal ini dimaksudkan seorang apresiator dapat  mengembangkan  kepekaan  pikiran  dan  perasaan  dalam  rangka mengapresiasi suatu karya sastra.
Kegiatan tak langsung dapat dilaksanakan dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah, di koran, mempelajari penilaian buku maupun esei yang membahas dan memberikan gambaran terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra. Kegiatan menikmati sastra seringkali  diistilahkan dengan ‘menggauli’ sastra.
Kegiatan menggauli sastra dapat berupa kegiatan yang bersifat reseptif dan dapat pula berupa kegiatan yang bersifat kreatif. Menggauli sastra secara reseptif adalah menikmati hal-hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk sastra (puisi-prosa-drama), misalnya memperhatikan/mendengarkan deklamasi/baca puisi, menonton pementasan drama, membaca pemahaman (dalam hati) cerita atau  puisi. Sedangkan  menggauli  sastra  secara  kreatif kegiatan  yang mengharapkan  adanya  penciptaan  bentuk-bentuk  sastra  secara  lisan  atau tertulis, misalnya menulis cerpen atau puisi, membaca puisi, mendeklamasi puisi, mementaskan drama.
Kegiatan  menggauli  sastra  secara  reseptif  berkaitan  erat  dengan kegiatan menggauli sastra secara kreatif dalam mengantar seseorang menjadi ”sastrawan”. Dengan banyak menggauli sastra secara reseptif merupakan tangga awal untuk dapat menjelajah pergaulan sastra lebih tinggi tingkatannya. Dengan banyak membaca karya sastra orang lain akan membentuk suatu pemahaman utuh yang berujung pada terbentuknya gaya pribadi kreatif yang berbeda dengan orang lain (Khalik, 2007).
C.    Ragam Membaca
Membaca tidaklah sesederhana yang anda bayangkan. Banyak sekali Ragam dalam membaca yang kali ini akan sedikit saya paparkan dalam postingan saya. Beberapa ragam membaca yang dapat saya sertakan dalam postingan ini adalah (1) membaca dalam hati, (2) membaca cepat, (3) membaca teknik, (4) membaca bahasa, (5) membaca estetis, (6) membaca kritis, serta (7) membaca kreatif. uraian singkat sehubungan dengan ke tujuh ragam membaca itu dapat di ikuti dalam paparan di bawah ini.

1. Membaca Dalam Hati

 Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti gerak lisan maupun suara. Istilah membaca dalam hati sering juga dihubungkan dengan istilah membaca pemakaman serta membaca komprehensif karena tujuan membaca dalam hati itu, seperti telah di ungkapkan di atas, adalah untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh dan mendalam.
      Bila di tinjau dari proses serta tujuan yang melatarinya, membaca dalam hati juga dapat juga disebut membaca intesif. Pada sisi lain, ragam membaca dalam hati juga berkaitan dengan kegiatan membaca sastra, yakni bila tujuan membaca sastra itu adalah memahami isi teks sastra yang dibaca secara menyeluruh dan mendalam.

2. Membaca Cepat
Sejalan dengan terdapatnya kata cepat dalam ragam membaca butir ini, dengan mudah dapat diketahui bahwa ragam membaca cepat adalah ragam membaca yang dilakasanakan dalam waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara garis besar saja. Ragam membaca cepat atau speed reading ini nantinya akan berhubungan dengan teknik membaca secara scamming serta membaca secara ekstensif.

3. Membaca Teknik
Istilah membaca teknik sering juga di sebut sebagai oral reading 'membaca lisan' maupun reading aloud 'membaca nyaring'. Di sebut demikian karena membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi, dan irama yang benar selaras dengan gagasan serta suasana peraturan dalam teks yang dibaca. Membaca teknik, selain dapat dikaitkan dengan kegiatan membaca teks ilmiah secara bersuara, juga berhubungan dengan kegiatan membaca sastra, misalnya hal itu terjadi karena membaca poetry reading sastra secara lisan memiliki sifat redeskriptif. dalam membaca redeskriptif itu, bunyi ujar tidak muncul secara sewenang-wenang, tetapi harus mampu menggambarkan isi cerita serta suasana yang semula dipaparkan pengarang secara tertulis.

4. Membaca Bahasa
membaca bahasa adalah kegiatan membaca yang bertujuan memperkaya kosakata, mengembangkan kemampuan menyusun kalimat, perolehan gaya bahasa yang keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pembacanya.

5. Membaca Estetis
Membaca estetis sering juga disebut membaca indah, membaca emotif, dan membaca sastra. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatarbelakangi tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam suatu teks sastra. sementara untuk menikmati dan menghayati, terlebih dahulu pembaca harus mampu memahami isi serta suasana pengaturan dalam teks yang dibacanya.

6. Membaca Kritis
Membaca sastra dapat juga meningkat menjadi kegiatan membaca kritis, yakni bisa lewat teks sastra yang dibaca pembaca bukan hanya bertujuan memahami, menikmati dan menghayati, melainkan juga bertujuan memberi penilaian. Pengertian membaca kritis itu sendiri adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks sastra yang dibaca dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan dan penilaian.

7. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang dilatari tujuan menerapkan perolehan pemahaman dari membaca unntuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang bersifat aplikatif.
                                                                                                 








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin  apreciatio yang berarti ‘mengindahkan’ atau ‘menghargai’. Secara terminologi, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berupa prosa fiksi, drama, maupun puisi
Apresiasi  sastra  secara  langsung  adalah  kegiatan  membaca  atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung itu dapat terwujud melalui kegiatan membaca, memahami, menikmati serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, maupun teks sastra yang berupa puisi.
           Kegiatan langsung yang mewujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi  misalnya  saat  anda  melihat,  mengenal,  memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi, cerpen, pememtasan drama, baik di radio, televisi, maupun pementasan di panggung terbuka. Bentuk kegiatan ini secara kontinum harus dilakukan sungguh-sungguh, dan berulangkali. Hal ini dimaksudkan seorang apresiator dapat  mengembangkan  kepekaan  pikiran  dan  perasaan  dalam  rangka mengapresiasi suatu karya sastra.
B. Saran
Kami sebagai pemakalah menyarankan semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan bisa menambah wawasan baru bagi pembaca, dan kamipun mengharapkan tegur sapa dan saran dari dosen Pembina dalam menyempurnakan makalah ini.




















Komentar

  1. Materinya bermanfaat sekali tapi sayang tidak disertakan daftar pustaka.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI BELAJAR NATIVISTIK

sejarah dan Atribut PMKRI