penelitian tindakan kelas
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para
penyelenggara pendidikan khususnya yang berada pada jalur sekolah akhir-akhir
ini banyak menerima kritik dari masyarakat, pemerintah, orang tua dan bahkan
siswa sendiri tentang berbagai hal mulai dari nilai UAS, UNAS yang menurun ,
penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang kurang memuaskan, kurangnya
kreativitas pembelajaran , dan sikap penolakan terhadap pembaharuan yang
disebabkan oleh banyaknya tugas dari luar tugas pokok yang dibebankan guru.
(trianto, 2012: 1)
Oleh
karenanya perlu upaya untuk melepaskan kritik-kritik tersebut salah satunya
adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dalam makalah ini kita akan membahas lebih mendalam tentang konsep dasar
PTK, jenis-jenis PTK, metodologi PTK, dan prosedur perencanaan PTK.
B. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas?
b.
Bagaimana
jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas?
c.
Bagaimana
metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas?
C. Tujuan
Makalah
ini bertujuan menjelaskan bagaimana konsep dasar dan macam-macam Penelitian
Tindakan Kelas dan Untuk mengetahui jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas serta
Untuk mengetahui bagaimana metodologi Penelitian dan prosedur perencanaan
Pelaksanaan Tindakan Kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar penelitian tindakan
kelas
a)
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas berasal dan istilah bahasa inggris Classroom action Research, yaitu berarti penelitian yang dilakukan
pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun
1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John
Elliot, dave Ebbutt dan lainnya. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian kulaitatif yang dilakukan oleh guru
sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan
solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya. Jika kita perhatikan, maka titik tumpu (orientasi)
dari pada PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah
kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan
dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut. (Trianto, 2012:13 )
Penelitian
Tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang
dilakukan siswa. (Suharsimi,2011: 4)
Dari
pemaparan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah usaha mengamati kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengaplikasi atau
menerapkan sebagai suatu tindakan yang diharapkan memperbaiki kondisi yang
ada. Dalam penelitian tindakan kelas
berurusan langsung dengan lapangan atau dengan kata lain praktik.
b)
Ruang
Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
1.
Masalah
belajar siswa disekolah, termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
2.
Desain
dan strategi pembelajaran di kelas yang meliputi, tema ini, antara lain:
masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam
metode pembelajran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses
belajar siswa.
3.
Alat
bantu, media dan sumber belajar, termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas,
peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat.
4.
Sistem
asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini,
antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajran dan pengembangan
instrumen asesmen berbasis kompetensi).
5.
Pengembangan
pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya yang termasuk
dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta
didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang
tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik.
6.
Masalah
kurikulum yang termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi kurikulum
misalnya KBK atau KTSP, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa,
siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar. (Trianto,2012:17 )
c)
Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas
Memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
a.
Untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
b.
Untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
c.
Untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar. (Suharsimi,2011: 60)
d)
Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
1.
Merupakan
salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif dengan model
konstruktivis, yang digunakan untuk mendeskripsikan clan pengambilan keputusan
secara kritis berdasarkan rekaman, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan
dan hasil tindakan.
2.
Bersifat
siklus dan sikuensial. Siklus artinya pelaksanaan PTK bersifat berulang-ulang.
Sikuensial artinya pelaksanaan PTK dilakyukan tahap demi tahap secara
berurutan.
3.
Bersifat
longitudinal., artinya berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara kontinue
untuk memperoleh data yang diperlakukan.
4.
Bersifat
partikular-spesifik, artinya hasil PTK tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi
penemuan dalam rangka dalil, teori atau hipotesis yang berlaku untuk semua
situasi.
5.
Bersifat
partisipatoris, artinya proses PTK itu tidak hanya diarahkan pada upaya
perubahan cara belajar siswa, tetapi juga guru (sebagai peneliti dan pengajar
yang diteliti) harus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (berkualitas).
6.
Bersifat
kolaboratif atau kooperatif, artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antara
guru atau peneliti atau antara peneliti dengan pihak-pihak terkait.
7.
Bertujuan
mengubah keadaan nyata sehari-hari di kelas. (Trianto,2012:22 )
B. Jenis-jenis Penelitian Tindakan
Kelas
a.
Penelitian
Tindakan Diagnostik
Penelitian
tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kea rah tindakan. Dalam bentuknya yang paling jelas penelitian
tindakan diagnostik dapat dijelaskan sebagai berikut: Agen penelitiannya
memasuki situasi yang telah ada, dan akan lebih bagus jika karena diundang.
Agen itu mendiagnosis situasinya. Misalnya, seorang dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris yang ahli dalam penelitian tindakan diundang oleh Dinas
Pendidikan untuk mempelajari kelas-kelas bahasa Inggris di suatu SMK, yang
siswa-siswanya ketika lulus diharapkan mahir berbahasa Inggris secara
fungsional dalam bidang kejuruannya. Ia mengamati secara cermat proses
pembelajaran bahasa Inggris di beberapa kelas, memeriksa silabusnya, memeriksa
sumber belajar yang ada, dan sebagainya.
Ia kemudian menganalisis semua data dan kemudian ia membuat berbagai
rekomendasi tentang tindakan perbaikannya. Contoh lain penelitian tindakan
diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu
sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak
terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh
perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil
tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang
sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan
keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan
dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
Rekomendasi
itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian
tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif
berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena
rekomendasi dibuat oleh seorang ahli penelitian atau tim peneliti yang tidak
terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi
tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan penelitian jenis.
b.
Penelitian
Tindakan Partisipan
Penelitian
tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian
tindakan jenis pertama di atas:
(1) diagnosis tidak selalu mendorong
dilakukannya tindakan. Dan
(2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam
masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan.
Gagasan
sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan
melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal.
Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan
program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program
tindakan tersebut.Contoh penelitian tindakan jenis ini dapat sama dengan contoh
pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus berada di sekolah dari awal
penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis / menganalisis keadaan dan melihat
kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dan merumuskan
rencana tindakan.
Kelemahannya
adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti,
yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.
c.
Penelitian
Tindakan Empiris
Gagasan
dasar penelitian tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa
yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya
berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan
sehari-hari. Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di
suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia
mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia sangat lega karena
semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua dosen untuk
bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan
penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman
dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi
yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris
dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara
umum sahih.
Penelitian jenis ini cukup banyak
kelemahannya, diantaranya:
v Banyak organisator dan pimpinan
kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis tindakan secara
eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
v Pelaku penelitian yang juga dibebani
dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk
mencatat secara lengkap amatannya atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat
melakukan amatan itu sendiri.
v Jika penyimpanan catatan benar-benar
memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan
usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
v Bahkan dengan niat yang terbaik
sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar obyektif dalam
menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor luar selalu mempengaruhi apa
yang terjadi dalam situasi kelompok, dan penafsiran terhadap pengaruhnya selalu
agak subjektif.
d. Penelitian Tindakan Eksperimental
Penelitian
tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya
sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua
jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial
terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang
menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan
tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan
dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
e
Keterbatasan
kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
e
Kekurang
mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
e
Kekurang
mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat
dasar hubungan sosial.
Kesulitan
ini sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal
direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab
atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar
dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan
eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang
sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
Pemilihan
jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang
dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis
selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik secara optimal.
C. Metode Penelitian Tindak Kelas
1. Setting
Setting
artinya penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi
guru lain yang ingin meniru keberhasilan yang telah dilakukan. Mereka tentu
akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting
sekolahnya dengan setting penelitian yang sudah ada (Trianto, 2010:53). Setting
yaitu lokasi yang digunakan untuk lokasi tersebut yang harus diperhatikan dalam
melakukan PTK yaitu kondisi siswa dan kelas yang mau dituju untuk PTK.
Dalam
setting ini biasanya dipaparkan tentang subyek dan waktu penelitian. Sebagai
contoh penelitian dilakukan pada siswa kelas X Semester genap Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Surabaya tahun pelajaran 2008-2009 (Trianto, 2010:53).
Berkaitan
dengan waktu penelitian, karena kegiatan PTK include dengan jadual PBM maka
waktunya pun mengikuti jadual pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih materi yang diterima oleh
peserta didik. Sedangkan untuk uji awal dan uji akhir dapat dilakukan di dalam
ataupun di luar jam pelajaran. Berikut disajikan contoh waktu atau jadual
pengambilan data dalam PTK (Trianto, 2010:53).
Contoh waktu kegiatan PTK
No
|
Kegiatan
|
Waktu Pelaksanaan
|
1
|
Tes Awal
|
1 april 2016 (minggu l)
|
2
|
Pelaksanaan tindakan
|
10, 17, 24 april2016 (minggu ll,
lll, Lv)
|
3
|
Tes akhir
|
1 mei 2016
|
b. Metode
Dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data penelitian, antara lain
angket, wawancara, pengamatan, ujian, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi
untuk menjaring data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai
alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket,
daftar cocok, pedoman wawancara, lembar atau panduan pengamatan , soal tes,
inventori, skala dan lainya (Trianto, 2010:54).
Tabel Pasangan Metode dan Instrumen
Pengumpulan Data
No
|
Jenis Metode
|
Jenis Instrumen
|
1
|
Angket (questionnaire)
|
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (check list)
Skal (scale), inventori (invertory)
|
2
|
Wawancara (interview)
|
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (check list)
|
3
|
Pengamatan (observation)
|
Lembar pengamatan (observation sheet),
Panduan pengamatan/observasi
(observation schedule)
Daftar cocok (check list)
|
4
|
Ujian atau tes (test)
|
Soal ujian, soal tes atau tes (test)
Inventori (inventory)
Daftar cocok (check list)
Tabel (table)
|
c. Jenis Instumen Pengumpulan Data
Instumen
merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis
instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangsuran
dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas
data.
Instrumen
berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Ini biasa disebut dengan
catatan lapangan. Berikut disajikan beberapa contoh instrumen penjaring
data-data penelitian (Trianto, 2010:55).
W Catatan Lapangan
Masalah
utama dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun
waktu cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat
catatan yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk
catatan lapangan. Agar tidak lupa mencatat data tersebut catatan lapangan,
diperlukan adanya pencatatan tambahan dalam bentuk: (1) Catatan Pendek; (2)
Catatan Harian; dan (3) Log Lapangan. Agar mudah, sebaiknya digunakan lembaran
kertas bergaris. Rincian mengenai nama observer, jam pencatatan, dan lokasi
kegiatan hendaknya dikemukakan. Pendeskripsian hendaknya rinci (Trianto,
2010:55).
W Angket (questionnaire)
Angket
adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang
(responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Angket juga
diartikan sebagai daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai
dengan permintaan pengguna (peneliti).
Menurut cara memberikan respons, angket dibedakan menjadi
dua jenis.
e
Pertama, angket terbuka. Angket terbuka
adalah angket yang disajikan dalam bentuka. Angket terbuka adalah angket yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan
isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabila
peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban
yang ada pada responden.
e
Kedua angket tertutup. Angket tertutup
yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
tinggal memberikan tanda centang (√ )
pada kolom atau tempat yang sesuai (Trianto, 2010:57-58).
W Daftar Cocok atau Ceklis (Checklist)
Ceklis
adalah kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya dilakukan
oleh responden. Ceklis biasanya dilakukangan dengan memberikan tanda centang (√) pada tempat-tempat yang
sudah disediakan. Jadi ceklis sebenarnya merupakan semacam angket juga cara
pengisiannya dengan memberikan tanda cocok atau centang.
Dalam
pencatatan data lapangan dapat digunakan ceklis, yang pelaksanaannya di
lapangan lebih ringan dibanding catatan lapangan. Walaupun data yang terekam
tidak sekaya data dalam catatan lapangan, tetapi masih cukup kaya dalam
perekaman data lapangan.
W Lembar Pengamatan (Observasi)
Selain
menggunakan catatan lapangan yang bersifat agak bebas dalam arti pengamat
(peneliti) secara bebas mendeskripsikan setiap kejadian (momen) dalam
pembelajarannya. Maka lembar pengamatan lebih bersifat terstuktur, yaitu sudah
terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
sehingga pengamat tinggal melakukan check
list atau menghitung berapa frekuensi yang telah dilakukan oleh subyek
penelitian.
Contoh lembar pengamatan dalam PTK
adalah: (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola KBM; dan (2)
lembar aktivitas siswa dalam PMB.
Ø Lembar pengamatan aktivitas guru
dalam mengelola PMB
Lembar ini dipergunakan untuk
mengamati aktivitas guru dalam mengelola PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah
yang harus dilakukan guru.
Ø Lembar ini dipergunakan untuk
mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang
harus dilakukan siswa (Trianto, 2010:61).
W Wawancara (interview)
Wawancara
dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran.
Misalnya, adakah materi dari PMB yang dianggap sulit, atau apakah model
pembelajaran guru menarik bagi siswa.
Wawancara pada dasarnya meliputi dua
jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah jenis wawancara
dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut.
Sedangkan pada wawancara tidak struktur pertanyaan-pertanyaan tidak disusun
secara ketat (Trianto, 2010:61).
W Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dipergunakan untuk
mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa, berupa nilai yang diperoleh dari pelaksanaan
tes. Tes ini terdiri dari tes produk dan tes proses (Trianto, 2010:61).
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah:
1.
Pemberian
Tes
Pemberian tes dilakukan dua kali,
yaitu sebelum proses pembelajaran dimulai (pretest) dan sesudah protes
pembelajaran (posttest). Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: (1) Tes produk untuk
mengukur aspek kognitif yang telah dimiliki siswa. Dengan kata lain tes proses
ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan TPK, ketuntasan belajar siswa, dan
sensitivitas butir soal yang digunakan.
2.
Pengamatan
(observasi)
Pengamatan dilakukan pada saat
pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran.
3.
Penyebaran
angket
Penyebaran angket dilakukan setelah
proses pembelajaran penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket dapat berupa komentar
(angket terbuka) atau pun pertanyaan-pertanyaan yang telah dilengkapi dengan
jawaban, sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket
tertutup) (Trianto, 2010:62).
e. Teknik analisis data
Pengolahan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan
kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Analisis deskriptif yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis data aktivitas
siswa yang diamati digunakan teknik prosentase (%), yakni banyaknya frekuensi
tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas dikalikan dengan 100.
Persentase respon siswa
X 100%

Dimana :
A = proporsi siswa yang memilih
B = jumlah siswa (responden)
Realiabilitas instrumen pengamatan
aktivitas siswa dihitung dengan teknik inter observer agreement. Pada saat uji
coba ada dua pengamat menggunakan instrumen yang sama untuk mengamati karakteristik yang sama. Rumus yang digunakan untuk
menghitung reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:

A+B
Keterangan :
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat
yang memberikan frekuensi tinggi
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat
yang memberikan frekuensi rendah
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien
reliabilitas
(Trianto, 2010:62-63).

2) Analisis Tes Hasil Belajar
Untuk menentukan ketuntasan belajar
siswa digunakan instrumen tes hasil belajar siswa yang meliputi produk, proses,
dan psikomotor. Penentuan ketuntasan berdasarkan penilaian acuan patokan, yaitu
sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat dikuasi siswa dengan cara
menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa
seluruhnya. Rumusnya adalah:
KB =
x 100 %

Dimana : KB =
ketuntasan belajar
T =
jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan
individu) jika proposal jawaban benar siswa > 75% (Depdiknas, 2002:32)
Validitas butir soal diperoleh
dengan cara menghitung sensitivitas tiap butir soal. Nilai ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tiap-tiap butir soal mampu mengukur efek pembelajaran.
Jika suatu soal dijawab dengan benar oleh semua siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran, maka soal itu tidak memenuhi fungsinya. Butir soal yang sensitif
akan dijawab oleh lebih banyak siswa sesudah pembelajaran dibandingkan
sebelumnya. Untuk menghitung sensitivitas butir soal dengan cara mengurungkan
jawaban benar siswa pada uji awal dibagi dengan jumlah siswa. Rumusnya adalah:
Sensitivity =
(Groundlund, 1982)

Keterangan :
Ra = jumlah siswa
yang menjawab benar pada akhir
Rb = jumlah siswa
yang menjawab benar pada tes awal
T = jumlah siswa yang mengikuti tes
Menurut Aiken (1997: 69), butir soal dikatakan baik apabila
sensitivitas berada antara 0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan
bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S
0,30 (Trianto, 2010:63-64).

3) Matriks Metode Penelitian
Matriks penelitian dibuat untuk
memudahkan penentuan sistematika atau prosedur penelitian. Matriks ini berisi
tujuan penelitian, variabel, definisi operasional variabel, instrumen
penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, dan analisis data (Trianto,
2010:64).
f. Prosedur Perencanaan Dan Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas,
langkah-langkah/prosedur umum yang dapat dilakukan meliputi:
v Pengembangan/Penetapan
Fokus Penelitian

Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan
Kelas harus benar-benar merupakan masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek
pembelajaran yang dikelolanya, bukan masalah yang disarankan, apalagi
disarankan oleh pihak luar.
Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa,
guru, bahan ajar, kurikulum, hasil belajar, dan interaksi pembelajaran.

Pada tahap ini yang penting dilakukan adalah
menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami
guru di kelas. Berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat
sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.

Setelah memperoleh sekian banyak permasalahan melalui
proses identifikasi, maka selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-masalah
tersebut untuk menentukan urgensi mengatasinya. Dalam hal ini nantinya akan
ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi (pembatasan masalah).

Setelah menetapkan fokus penelitian, maka perlu
dilakukan perumusan masalah secara lebih jelas, spesifik, dan operasional.
v Perencanaan
Tindakan

Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat
maka peneliti dapat melakukan:
1) kajian teoritik dibidang pembelajaran
2) kajian hasil penelitian yang relevan
3) diskusi dengan teman sejawat
4) kajian pendapat para pakar
5)merefleksi pengalaman sendiri sebagai guru

Pada langkah ini peneliti perlu mengkaji kelaikan dari
sejumlah hipotesis tindakan yang diperolehnya baik dari segi jarak antara
kondisi riil dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Hipotesis tindakan
harus dapat diuji secara empirik, ini berarti bahwa implementasi tindakan yang
dilakukan maupun dampak yang diperolehnya harus dapat diamati oleh guru selaku
peneliti.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam langkah ini diantaranya:
1)membuat skenario pembelajaran
2)mempersiapkan fasilitas/sarana pendukung yang
diperlukan
3)mempersiapkan cara merekan dan menganalisis data
4)melakukan simulasi pelaksanaan tindakan (jika
dipandang perlu)
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi

Setelah semua kegiatan persiapan selesai, maka
skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan kemudian dilakukan dalam
situasi yang nyata. Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok dalam siklus
penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga
dibarengi kegiatan observasi dan intrepretasi serta kegiatan refleksi.

Dalam penelitian tindakan kelas,
observasi merupakan upaya untuk merekam segala peristiwa/kegiatan yang yang
terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu
tertentu. Hal penting untuk dicatat pada kesempatan ini adalah kadar
interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.

Observasi yang dilakukan akan memberikan kemanfaatan
yang banyak jika pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Diskusi balikan sebaiknya dilakukan tidak
terlalu lama dari waktu observasi, bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh
pengamat, diinterpretasikan bersama-sama antara pelaku tindakan perbaikan dan
pengamat, dan pembahasan mengacu pada penetapan sasaran dan strategi perbaikan
untuk menentukan perencanaan selanjutnya.
v Analisis dan
Refleksi

Analisis data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan, mengorganisasikan secara urut/sistematis dan
rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun
jawaban terhadap tujuan penelitian tindakan kelas. Analisis data yang bersifat
kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan
data, dan penyimpulan.
Reduksi data yaitu proses penyederhanaan yang
dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi
informasi yang bermakna. Paparan data yaitu proses penampilan data secara lebih
sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular, matriks,
representasi grafis maupun lainnya. Sedangkan penyimpulan adalah proses
pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisir tersebut dalam
bentuk pernyataan kalimat dan atau rumusan yang singkat dan padat. Sedangkan
data yang bersifat kuantitatif dapat dianalisis menggunakan analisis statistik.

Dalam penelitian tindakan kelas,
refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dan
atau yang tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil
dituntaskan melalui tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil dari
refleksi ini akan digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam
upaya mencapai tujuanpenelitian tindakan kelasyang ditetapkan. Dengan perkataan lain refleksi
merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan
sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai akhir.
v Perencanaan
Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah
tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini atau belum. Apabila hasilnya belum memuaskan atau masalahnya
belumterselesaikan, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan
memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau bila perlu dengan menyusun
tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.
Dengan perkataan lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum
memuaskan pengatasannya, maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada
siklus 2 dengan prosedur yang sama seperti siklus ke 1 yaitu perumusan masalah,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan
analisis-refleksi. Dan jika pada siklus 2 permasalahan telah
terselesaikan/hasil sudah memuaskan, maka tidak perlu dilanjutkan siklus 3.
Namun jikapada siklus 2 masalahnya belum terselesaikan/hasilnya belum memuaskan
maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke 3, dan seterusnya.
Dalam dalam penelitian tindakan kelas jumlah siklus
sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu, hal ini tergantung kepada
permasalahannya. Ada penelitian tindakan kelas yang mungkin cukup satu siklus,
tetapi ada juga yang memerlukan beberapa siklus.
Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah siklus dalam
penelitian tindakan kelas tergantung kepada terselesaikannya masalah yang
diteliti.

Dalam
upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara lebih professional, guru
harus mempunyai keberanian dan kepedulian mengenai kelemahan yang masih
terdapat dalam inplementasi program pembelajaran yang di kelolanya. Guru harus
mampu merenung, berfikir, dan merefleksi
mengenai apa saja kekurangan yang telah
dilakukannya dalam proses pembelajaran dalam rengka mengidentifikasi hal-hal
yang mungkin ada kelemahannya.

Hipotesis
merupakan suatu dugaan awal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Dari
suatu hipotesis dapat dilihat bahwa suatu tindakan diduga akan dapat memecahkan
masalah yang diteliti.
Dalam
penelitian tindakan kelas hipotesis menyatakan, “jika tindakan ini dilakukan
dengan baik maka tindakan ini merupakan suatu pemecahan masalah yang baik” atau
“jika suatu tindakan dilakukan dengan baik maka tindakan tersebut merupakan
perbaikan atau pengembangan atas sesuatu”.

Di dalam langkah persiapan ini,
peneliti membuat rancangan tindakan pemecahan masalah yang hendak dilaksanakan.
Oleh karena itu, peneliti perlu membuat rancangan dan prosedur implementasinya
dengan tahap kegiatan sebagai berikut.
a) Perancangan model PTK sesuai
dengan permasalahan. Rencana kegiatan tindakan dan keadaan atau situasi kelas
diatur sesuai dengan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
b) Pengidentifikasian
komponen-komponen pendukung yang diperlukan.
c) Penyusunan rancangan
tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal.
d) Persiapan segala
sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan, seperti kondisi situasi,
materi, alat perangkat.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan
yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di suatu kelas.
Ruang
Lingkup Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas yaitu masalah belajar siswaa di
sekolah, desain dan strategi pembelajaran di kelas, alat bantu, media, dan
sumber belajar, sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran,
pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya,
masalah kurikulum.
Langkah-langkah
kegiatan penelitian itu meliputi: mengidentifikasi gagasan/ permasalahan umum,
melakukan pengecekan di lapangan membuat perencanaan umum, mengembangkan
tindakan pertama, mengimplementasikan tindakan pertama, mengevaluasi, merevisi
perencanaan, untuk tindakan kedua, dst.
B.
Saran
Kita sebagai guru sebaiknya
mengetahui dan memahami Penelitian Tindakan Kelas agar mampu memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas.
Komentar
Posting Komentar