unsur-unsur pembangun puisi
UNSUR-UNSUR PUISI
O
L
E
H
NAMA : NOBERTUS HARDU
NIM : 513 06 042
KELAS : B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat TUHAN yang maha Esa
atas terwujudnya penulisan makalah tentang “UNSURE-UNSUR PUISI” dalam rangka pemberian tugas dari dosen
pembimbing matakulia “APRESIASI PUISI”
yang bertujuan meningkatkan kemampuan kami dalam menyusun sebuah karya tulis
untuk memantapkan proses belajar mengajar di perguruan tinggi.
Melalui makalah ini kami sebagai calon
guru di bekali pengetahuan dan ketrampilan diri dalam merancang pembelajaran bahasa dan sastra indonesia. Dan
kami juga menyadari bahwa makalah
ini masih kurang sempurna.
Semoga makalah ini mendatangkan manfaat
bagi kita semua, dan kami juga mengharapkan tegur sapa dan saran dari dosen
pembimbing dan teman-teman semua.
Makassar,
Mei 2015
penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULi
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN
A . Latar Belakang1
B.
Rumusan Masalah2
C.
Tujuan
Penulisan2
BAB II PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Puisi3
b.
Unsur-unsur
pembangun puisi3
1.
Bunyi 3
2.
Irama 5
3.
Diksi 5
4.
Bahasa Kias6
5.
Jenis-jenis
Bahasa Kias7
6.
Fungsi
Bahasa Kias17
7.
Citraan atau
Gambaran Angan20
8.
Pengerertian
Ruang Lingkup dan Sumber Citraan21
9.
Jenis-Jenis
Citraan22
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan24
B.
Saran25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu cabang kajian tentang sastra adalah puisi. Puisi merupakan bagian dari
ilmu sastra. Sastra dalam bahasa Sansekerta berarti tulisan atau karangan.
Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair,
mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan
tepat (Depdikbud, 1997: 794). Ciri-ciri
puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta wujud puisi tersebut. Bahasanya mengandung rima,
irama, dan kiasan. Wujud puisi dapat
dilihat dari bentuknya yang berlarik membentuk bait, letak tertata, dan tidak
mementingkan ejaan.
Puisi
dapat juga membedakan wujudnya dengan membandingkan dari prosa. Ada empat unsur
yang merupakan hakikat puisi, yaitu: tema, perasaan penyair, nada puisi, serta
amanat. Selain itu, ada lima unsur yang merupakan metode puisi terdiri dari diksi, pengimajian, kata
konkret, bahasa figuratif, ritma dan rima.
Pengertian
puisi sendiri sampai saat ini masih terlalu sulit untuk di definisikan.
Kebanyakan para ahli telah membuat definisi puisi dari berbagai sudut pandang
mereka sendiri. Genre sastra akan dibagi menjadi dua bagian yaitu sastra
imajinatif dan sastra non imajinatif. Puisi sendiri terdapat pada bagian
imajinatif bersama dengan prosa. Sastra imajinatif sendiri memiliki ciri-ciri
isinya yang bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif dan memenuhi
syarat-syarat estetika seni.
Puisi
sendiri menitik beratkan keindahan bahasa yang digunakan oleh sang penulis atau
sang penyair. Pandangan seperti ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa ciri
khas sastra adalah pemakaian bahasa yang indah. Untuk lebih memahami apa itu
puisi, yang pertama harus kita ketahui adalah pengertian puisi dan struktur
puisi itu sendiri.
1
B. Rumusan
Masalah
a. Apa itu
puisi ?
b. Bagaimanakah
unsur-unsur dalam puisi?
c. Bagaimanakah
jenis-jenis dan fungsi puisi ?
C. Maksud dan
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian puisi
serta menjelaskan unsur-unsur puisi yaitu bunyi, irama, diksi, bahasa kias,
citraan atau gambaran angan yang membangun sebuah puisi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Puisi
Para
ahli sastra berusaha mendefinisikan arti
puisi tetapi tidak ada satupun yang memuaskan masyarakat akan pengertian atau
definisi puisi itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh para ahli memandang puisi
dari berbagai sudut pandang dan semakin lama puisi semakin berkembang mengikuti
zaman sehingga definisi yang tepat untuk puisi itu sendiri belumlah ditemukan.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima “membuat” atau poeisis ‘pembuatan’,
dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau
poetry (Aminuddin, 2004: 134). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait (Depdiknas, 1997:
794). Thomas Chalye yang dikutip Waluyo mengatakan puisi merupakan ungkapan
pikiran yang bersifat musikal (Waluyo, 1991: 23).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dirumuskan
bahwa puisi adalah bentuk karangan kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan
mengekspresikan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan
yang berirama secara imajinatif, dengan menggunakan unsur musikal yang rapi,
padu dan harmonis sehingga terwujud keindahan. Jadi, puisi adalah cara yang
paling indah, impresif dan yang paling efektif dari pikiran manusia dalam
bahasa emosional dan berirama.
B.
Unsur-Unsur
Pembangun Puisi
1.Bunyi
Bunyi adalah sesuatu yang terdengar (Depdiknas, 2007: 179). Maka, jika suatu puisi dibacakan, apa yang didengar itulah yang disebut bunyi.
Bunyi adalah sesuatu yang terdengar (Depdiknas, 2007: 179). Maka, jika suatu puisi dibacakan, apa yang didengar itulah yang disebut bunyi.
3
Di dalam tubuh puisi, bunyi paling
sedikit mempunyai dua peranan. Pertama yaitu untuk memberikan makna. Maksudnya,
karena hakikat bahasa puisi adalah bunyi (WS, 2012: 37). Bunyi yang mengikuti
konvensi/kesepakatan bahasa memiliki makna. Kedua adalah bunyi berfungsi
memberikan nilai estetis pada puisi. Dengan susunan bunyi tertentu, penikmat
puisi bisa terbawa kepada suasana tertentu.
Contoh:
Contoh:
HANYA
‘NAK TAHU BAHWA TAK TAHU
Selangkah maju ke padang ilmu
Seribu kali bertambah dungu
Habislah rambut mencari ilmu
Hanya ‘nak tahu bahwa tak tahu
Selangkah maju ke padang ilmu
Seribu kali bertambah dungu
Habislah rambut mencari ilmu
Hanya ‘nak tahu bahwa tak tahu
(Samadi, Pujangga
Baru: 293)
Pada puisi di atas, karya Samadi, seorang penyair kelahiran Sumatera Barat yang termasuk ke dalam Angkatan Pujangga Baru, dapat kita lihat keindahan persamaan bunyi pada akhir suku kata terakhir tiap lariknya yang konstan berbunyi –u. Selain itu, bunyi –u pada puisi ini membawa penikmatnya ke dalam suasana haru. Hal ini karena sang penulis sendiri yang dengan rendah hati mengakui ketidaktahuannya saat ia justru sedang terus giat menuntut ilmu. Nah, lewat kedua peranan inilah bunyi menjadi unsur penting pada tubuh puisi. Bunyi dalam puisi beragam jenisnya. Di antaranya: irama, kakafoni dan efoni, onomatope, aliterasi, asonansi, anafora dan epifora.
Pada puisi di atas, karya Samadi, seorang penyair kelahiran Sumatera Barat yang termasuk ke dalam Angkatan Pujangga Baru, dapat kita lihat keindahan persamaan bunyi pada akhir suku kata terakhir tiap lariknya yang konstan berbunyi –u. Selain itu, bunyi –u pada puisi ini membawa penikmatnya ke dalam suasana haru. Hal ini karena sang penulis sendiri yang dengan rendah hati mengakui ketidaktahuannya saat ia justru sedang terus giat menuntut ilmu. Nah, lewat kedua peranan inilah bunyi menjadi unsur penting pada tubuh puisi. Bunyi dalam puisi beragam jenisnya. Di antaranya: irama, kakafoni dan efoni, onomatope, aliterasi, asonansi, anafora dan epifora.
4
2. Irama
Merujuk KBBI Edisi Ketiga (Depdiknas, 2007: 442), irama adalah alunan yang terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendahnya nada (dalam puisi). Masih selaras dengan pengertian sebelumnya, menurut Hasanuddin WS (2012: 45), bicara soal irama erat kaitannya dengan musik. Irama merupakan bunyi yang teratur, terpola, menimbulkan variasi bunyi, sehingga dapat menimbulkan suasana. Menurut berbagai pendapat, irama terbagi dua yaitu ritme dan metrum. Ritme adalah irama yang disebabkan pertentangan-pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap dan hanya menggema dendang penyair, sedangkan metrum adalah irama tetap yang terpola menurut pola tertentu (Semi, 1984: 109).
3. Diksi /pemilihan kata
Salah satu hal yang ditonjolkan dalam
puisi adalah kata-katanya
ataupun pilihan katanya. Bahasa merupakan
sarana utama dalam puisi. Dalam menciptakan sebuah puisi penyair mempunyai
tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca melalui puisinya. Penyair ingin
mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang
dialami hatinya. Selain itu juga ia ingin mengekspresikannya dengan ekspresi
yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya. Untuk itulah harus dipilih kata-kata
yang setepat-tepatnya.
5
Penyair juga ingin mempertimbangkan
perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dengan cermat.
Penyair harus
cermat memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan
maknanya, kompisisi bunyi, dalam rima dan irama serta kedudukan kata itu di
tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi
itu. Dengan uraian singkat diatas, ditegaskan kembali betapa pentingnya
diksi bagi suatu puisi. Menurut Tarigan (1984: 30), pilihan kata yang tepat
dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, nada suatu puisi
dengan tepat.
4.
Bahasa Kias
Gaya bahasa
kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan
sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang
menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenamya
mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa
yang polos atau langsung, dan perbandirigan yang termasuk dalam gaya bahasa
kiasan. Kelompok pertama dalam contoh berikut termasuk gaya bahasa langsung dan
kelompok kedua termasuk gaya
bahasa kiasan:
(1) Dia sama pintar dengan kakaknya
Kerbau itu sama kuat dengan sapi
(2) Matanya seperti bintang timur
Bibirnya seperti delima merekah
(1) Dia sama pintar dengan kakaknya
Kerbau itu sama kuat dengan sapi
(2) Matanya seperti bintang timur
Bibirnya seperti delima merekah
6
Perbedaan antara kedua perbandirigan di atas adalah dalam
hal kelasnya. Perbandirigan biasa mencakup dua anggota yang termasuk dalam
kelas yang sama, sedangkan perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup
dua hal yang termasuk dalam kelas yang berlainan. Sebab itu, untuk menetapkan
apakah suatu perbandingan itu merupakan bahasa kiasan atau tidak, hendaknya
diperhatikan tiga hal berikut:
(1) Tetapkanlah terlebih dahulu kelas kedua hal yang diperbandirigkan.
(2) Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut.
(3) Perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tak ada kesamaan maka perbandirigan itu adalah bahasa kiasan.
(1) Tetapkanlah terlebih dahulu kelas kedua hal yang diperbandirigkan.
(2) Perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut.
(3) Perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tak ada kesamaan maka perbandirigan itu adalah bahasa kiasan.
5.
Jenis-jenis bahasa
kias
Pada mulanya, bahasa kiasan
berkembang dan analogi. Mula-mula, analogi dipakai dengan pengertian proporsi;
sebab itu, analogi hanya menyatakan hubungan kuantitatif Misalnya hubungan
antara 3 dan 4 dinyatakan sebagai analog dengan 9 dan 12. Secara lebih umum
dapat dikatakan bahwa hubungan antara x dan y sebagai analog dengan hubungan
antara nx dan ny. Dalam memecahkan banyak persamaan, dapat disimpulkan bahwa
nilai dan suatu kuantitas yang tidak diketahui dapat ditetapkan bila diberikan
relasinya dengan sebuah kuantitas yang diketahui. Perbandingan dengan analogi
ini kemudian muncul dalam bermacam-macam gaya bahasa kiasan, seperti diuraikan
di bawah ini.
7
a.
Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandirigan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Kikimya seperti kepiting batu
Bibirya seperti delima merekah
Matanya seperti bintang timur
Persamaan atau simile adalah perbandirigan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Kikimya seperti kepiting batu
Bibirya seperti delima merekah
Matanya seperti bintang timur
Kadang-kadang diperoleh persamaan
tanpa menyebutkan obyek pertama yang mau dibandirigkan, seperti:
Bagai air di daun talas
Bagai duri dalam daging
Bagai air di daun talas
Bagai duri dalam daging
Persamaan masih dapat dibedakan lagi atas persamaan tertutup
dan persamaan terbuka. Persamaan tertutup adalah persamaan yang mengandung
perincian mengenai sifat persamaan itu, sedangkan persamaan terbuka adalah
persamaan yang tidak mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu; pembaca
atau pendengar diharapkan akan mengisi sendiri sifat persamaannya. Misalnya:
Tertutup: Saat menantikan
pengumuman hasil ujian terasa tegang seperti mengikuti pertandingan bulu
tangkis dalam set terakhir dengan kedudukan 14 – 14.
Terbuka: Saat menantikan
pengumuman hasil ujian terasa seperti mengikuti pertandingan bulutangkis dalam
set terakhir dengan kedudukan 14- 14.
8
b.
Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
Metafora sebagai perbandingan
langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan
sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.
Proses terjadinya sebenanya sama dengan simile tetapi secara berangsur-angsur
keterangan mengenai persamaan dan pokok pertama dihilangkan, misalnya:
Pemuda adalah seperti bunga bangsa. —> Pemuda adalah bunga
bangsa, Pemuda —> Bunga bangsa
Orang itu seperti buaya darat. —* Orang itu adalah buaya darat.
Orang itu —> buaya darat.
Pemuda adalah seperti bunga bangsa. —> Pemuda adalah bunga
bangsa, Pemuda —> Bunga bangsa
Orang itu seperti buaya darat. —* Orang itu adalah buaya darat.
Orang itu —> buaya darat.
c.
Alegori, parable dan fable
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan.
Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori,
nama-nama pelakunya adalah sifat-sifàt yang abstrak, serta tujuannya selalu
jelas tersurat. Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan
tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. lstilah
parabel dipakai untuk menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang
bersifat alegoris, untuk menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran
spiritual. Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia
binatang, di mana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bemyawa
bertindak seolah-olah sebagai manusia.
9
Tujuan fabel seperti parabel ialah
menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti. Fabel menyampaikan suatu prinsip
tingkah laku melalui analogi yang transparan dan tindak-tanduk binatang,
tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tak bernyawa.
d.
personifikasi atau prosopopoeia
Personifikasi atau prosopopoeia
adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dan metafora, yang
mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana. Kulihat ada bulan di kotamu lalu turun di bawah pohon belimbing depan rumahmu barangkali ia menyeka mimpimu.
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana. Kulihat ada bulan di kotamu lalu turun di bawah pohon belimbing depan rumahmu barangkali ia menyeka mimpimu.
e.
alusi
Alusi adalah semacam acuan yang
berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya,
alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada
peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi,
atau dalam karya-karya sastra yang terkenal. Misalnya dulu sering dikatakan
bahwa Bandung adalah Paris Jawa. Demkian dapat dikatakan: Kartini kecil itu
turut memperjuangkan persamaan haknya. Kedua contoh ini merupakan alusi. Ada
tiga hal yang harus diperhatikan untuk membentuk sebuah alusi yang baik, yaitu:
10
(1) harus ada keyakinan bahwa hal
yang dijadikan alusi dikenali juga oleh pembaca;
(2) penulis harus yakin bahwa alusi itu membuat tulisannya menjadi lebih jelas;
(3) bila alusi itu menggunakan acuan yang sudah umum, maka usahakan untuk menghindani acuan semacam itu.
(2) penulis harus yakin bahwa alusi itu membuat tulisannya menjadi lebih jelas;
(3) bila alusi itu menggunakan acuan yang sudah umum, maka usahakan untuk menghindani acuan semacam itu.
f. Eponim
Adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu
sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk
menyatakan sifat itu. Misalnya: Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan;
Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.
g. Epitet
Epitet (epiteta) adalab semacam acuan yang menyatakan suatu
sifat atau ciri yang khusus dan seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu
adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang
atau suatu barang. Misalnya:
Loneeng pagi untuk ayam jantan
Puteri malam untuk bulan
Raja rimba untuk singa, dan sebagainya.
Loneeng pagi untuk ayam jantan
Puteri malam untuk bulan
Raja rimba untuk singa, dan sebagainya.
11
h. Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dan kata
Yunani synekdecheshai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke
adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dan sesuatu hal
untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan
untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya:
Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-
Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia di
Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3 – 4.
Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,-
Dalam pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia di
Stadion Utama Senayan, tuan rumah menderita kekalahan 3 – 4.
i.
Metoniinia
Kata metonimia diturunkan dan kata Yunani meta yang berarti
menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama. Dengan demkian, metonimia
adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu
hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat
berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat
untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya.
Metonimia dengan demkian adalah suatu bentuk dari sinekdoke.
Ia membeli sebuah chevrolet.
Ialah yang menyebabkan air mata yang gugur.
Pena lebih berbahaya dan pedang.
Ia telah memeras keringat habis-habisan.
Ia membeli sebuah chevrolet.
Ialah yang menyebabkan air mata yang gugur.
Pena lebih berbahaya dan pedang.
Ia telah memeras keringat habis-habisan.
12
j.
Antonomasia
Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dan
sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri,
atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Misalnya:
Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu.
Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu.
k. Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata
tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan
pada sebuah kata yang lain. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase
adalah suatu kebalikan dan suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan.
Misalnya:
Ia berbarmg di alas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya).
Ia masih menuntut almarhumah maskawin dari Sinta puterinya. (maksudnya: Ia masih menuntut maskawin dan almarhumah Siti …)
Ia berbarmg di alas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya).
Ia masih menuntut almarhumah maskawin dari Sinta puterinya. (maksudnya: Ia masih menuntut maskawin dan almarhumah Siti …)
l.
Ironi, Sinisme, dan Sarkasme
Ironi diturunkan dan kata eironeia yang berarti penipuan
atau pura-pura. Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan
yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dan apa yang
terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer yang
efektif karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pengekangan yang besar.
Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu
mengingkari maksud yang sebenarnya.
13
Sebab itu, ironi akan berhasil kalau
pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik rangkaian
kata-katanya. Misalnya:
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!
Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang penlu mendapat tempat terhormat!
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!
Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang penlu mendapat tempat terhormat!
Kadang-kadang dipergunakan juga istilah lain, yaitu sinisme
yang diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung
ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme diturunkan dan nama
suatu aliran filsafat Yunani yang mula-mula mengajarkan bahwa kebajikan adalah
satu-satunya kebaikan, serta hakikatnya terletak dalam pengendalian diri dan
kebebasan. Tetapi kemudian mereka menjadi kritikus yang keras atas
kebiasaan-kebiasaan sosial dan filsafat-filsafat lainnya. Walaupun sinisme
dianggap lebih keras dan ironi, namun kadang-kadang masih sukar diadakan
perbedaan antara keduanya. Bila contoh mengenai ironi di atas diubah, maka akan
dijumpai gaya yang lebih bersifat sinis.
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebjaksanaan akan lenyap bersamamu!
Memang Anda adalah seorang gadis paling tercantik di seantero jagad ini yang mampu menghancurkan seluruh isi jagat ini.
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebjaksanaan akan lenyap bersamamu!
Memang Anda adalah seorang gadis paling tercantik di seantero jagad ini yang mampu menghancurkan seluruh isi jagat ini.
Dengan kata lain, sinisme adalah ironi yang lebih kasar
sifatnya.
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dan ironi dan sinisme.
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dan ironi dan sinisme.
14
Ia adalah suatu acuan yang
mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat
ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan
menyakiti hati dan kurang enak didengar. Kata sarkasme diturunkan dan kata
Yunanj sarkasmos, yang lebih jauh diturunkan dan kata kerja sakasein yang
berarti “merobek-robek daging seperti anjing”, “menggigit bibir karena marah”,
atau “berbicara dengan kepahitan”.
Mulut kau harimau kau.
Lihat sang Raksasa itu (maksudnya si Eebol).
Kelakuanmu memuakkan saja.
Mulut kau harimau kau.
Lihat sang Raksasa itu (maksudnya si Eebol).
Kelakuanmu memuakkan saja.
m. Satire
Ironi sering kali tidak harus ditafsirkan dari sebuah
kalimat atau acuan, tetapi harus diturunkan dari suatu uraian yang panjang. Dalam hal terakhir ini, pembaca yang tidak kritis atau yang
sederhana pengetahuannya, bisa sampai kepada kesimpulan yang diametral
bertentangan dengan apa yang dimaksudkan penulis, atau berbeda dengan apa yang
dapat ditangkap oleh pembaca kritis. Untuk memahami apakah bacaan bersifat
ironis atau tidak, pembaca atau pendengar harus mencoba meresapi
implikasi-implikasi yang tersirat dalam baris-baris atau nada-nada suara, bukan
hanya pada peryataan yang eksplisit itu. Pembaca harus berhati-hati menelusuri
batas antara perasaan dan kegamblangan arti harfiahnya.
15
n. Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan
yang sebenamya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan
sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu. Misalnya:
Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan ininum.
Ia menjadi kqya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi jabatannya
Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan ininum.
Ia menjadi kqya-raya karena sedikit mengadakan komersialisasi jabatannya
o.
Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan
sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi
sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan
sehagainya.
Lihatlah sang Raksasa telah tiba (maksudnya si Eebol).
Engkau memang orang yang mulia dan terhormat!
Lihatlah sang Raksasa telah tiba (maksudnya si Eebol).
Engkau memang orang yang mulia dan terhormat!
Antifrasis akan diketahui dengan
jelas, bila pembaca atau pendengar mengetahui atau dihadapkan pada kenyataan
bahwa yang dikatakan itu adalah sebaliknya. Bila diketahui bahwa yang datang
adalah seorang yang cebol, bahwa yang dihadapi adalah seorang koruptor atau
penjahat, maka kedua contoh itu jelas disebut antifrasis. Kalau tidak diketahui
secara pasti, maka ia disebut saja sebagai ironi.
p.
Pun atau Paronomasia
Pun atau paronomasi adalah kiasan dengan mempergunakan keiniripan bunyi.
Pun atau paronomasi adalah kiasan dengan mempergunakan keiniripan bunyi.
16
Ia merupakan permainan kata yang didasarkan
pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya
Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
“Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”
Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
“Engkau orang kaya!” “Ya, kaya monyet!”
6.
Fungsi Bahasa Kias
Dilihat dari pihak-pihak yang
memiliki kepentingan terhadap puisi, fungsi bahasa kiasan, antaralain (1) untuk
menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) untuk menghasilkan imaji tambahandalam
puisi, (3) untuk menambah intensitas perasaan penyair, dan (4) untuk mengonsentrasikanmakna.
1.
Untuk Menghasilkan Kesenangan Imajinasi,
Dengan
membandingkan hal-hal yang memiliki sifat atau gambaran yang indah,
imajinasi dibawa ke hal-hal yang secara fisis maupun maknawi memang betul-betul
indah, sebagaimana sajak berikut ini.
Engkau
adalah putri duyung
Tawananku
Putri
duyung dengan
Suara
merdu lembut
Bagai
angin laut
Mendesahlah
bagiku!
Angin
mendesah
Selalu
mendesah
Dengan
ratapnya yang merdu
17
Engkau
adalah putri duyung
Tergolek
lemas
Mengejap-ngejapkan
matanya yang indah
Dalam
jariku
Wahai,
putri duyung
Aku
menjaringmu
Aku
melamarmu.
Rendra telah menyamakan kekasihnya
dengan putri duyung, putri cantik
memiliki tubuh yang indah, tergolek lemas, sambil mengejap-ngejapkan mata yang
indah. Perbandingan di atas menghasilkan imaji yang menyenangkan
2.
Untuk Mengahsilkan Imaji Tambahan
dalam Puisi,
Deskripsi keindahan tentang sesuatu mungkin sudah
memberikan imaji tersendiri, tetapi penyair ingin memberikan gambaran agar
terbentuk imaji tambahan, sebagaimana sajak berikut.
La Ronde
Adakah yang lebih indah
Dari bibir padat merekah
Adakah yang lebih manis
Dari gelap di bayang alis
Di keningnya
pelukis ragu
Mencium atau menyelimuti bahu
Tapi rambutnya menuntun tangang
Hingga pantatnya penuh saran
18
Gambaran yang dibangun oleh penyair berdasarkan kondisi
fisik seorang gadis, mulai dari bibir yang merekah, kegelapan dibayangan alis,
rambutnya menuntun tangan hingga pantatnya penuh saran.
3.
Untuk
Menambah Intensitas Perasaan Penyair
Bahasa kiasan merupakan sarana dan sekaligus cara
menambah intesitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikapnya. Sebagai contoh diperhatikan
sajak berikut.
Afrika
Selatan
…
Tatapi
istriku terus berbiak
Seperti
rumput di pekarangan mereka
Seperti
lumut di tembok mereka
Seperti
cendewan di roti mereka
Sebab
bumi hitam milik kami
Tambang
intan milik kami
Gunung
natal milik kami.
4.
Untuk Mengonsentrasikan Makna
Bahasa kiasan merupakan cara untuk mengonsentrasikan
makna yang hendak disampikan dan cara untuk menyampaikan sesuatu yang banyak
dan luas dengan bahasa yang singkat. Contoh
berikut.
19
Engkau
Engkau
bagaikan kolam di tengah-tengah belukar
biriak-riak
tenang
membiarkan
nyiur sepasang
bercerminkan
diri ke dalam
airmu…
kupandang dari kiri
Terlihat sinar matahari
Di
muka air berseri
Kupandang
dari kanan
Hanyalah
rumput panjang
Ah!
Berkeliling
aku melangkah cepat
Hanya
pohon, rumput, awan yang padat
Sinar gemerlap yang dapat kulihat
Tapi
Mengapa, mengapa dasarmu
Tak kunjung menampak.
Guna
perbandingan seperti di atas untuk memberi gambaran yang jelas dengan maksud memerdalam,
menandaskan dan mengonsentrasikan makna betapa sulitnya melihat kedalaman jiwa atau hati seseorang yang disebut dengan engkau.
7.
Citraan atau
Gambaran Angan
Ketika kita membaca, mendengarkan pembacaan puisi kita
sering merasakan seolah-oleh hanyut dalam suasana yang diciptakan oleh penyair
dalam puisi yang dicipta.
20
Ketika penyair mengungkapkan peristiwa menyedihkan kita
juga ikut larut. Demikian pula apabila penyair mengungkapkan perasaan dendam,
marah, benci, cinta, kita juga larut dalam suasana tersebut. Pendek kata apa
yang dimiliki penyair juga menjadi milik
pembaca.Citraan merupakan salah satu unsur puisi yang sangat penting
kehadirannya dalam membangun keutuhan dan kekuatan puisi.
8.
Pengertian Ruang Lingkup dan Sumber
Citraan
Secara umum dalam
memelajari sebuah puisi perlu diperhatikan yaitu makna pusi dan maksud
penyairnya. Puisi yang baik bukan sekedar dari susunan kata-kata yang baik dan
indah yang tidak punya arti atau makna, melainkan mesti punya tema yang ingin
disampaikan oleh penyair melalui cara dan alat tertentu. Keberhasilan penyair
terletak dalam kemampuannya membentuk keselarasan antara tema dan cara
penyampaian.
Cara dan alat
penyampai tema biasa disebut style yang terdiri dari beberapa unsur
yaitu pola bunyi atau irama, rima, diksi, dan citraan. Di samping itu, penyair
juga menggunakan gambaran angan yang disebut citraan atau gambaran-gambaran
dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya.
Altenbernd (1970) menyampaikan, bahwa citraan adalah
gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap
gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini adalah seuah efek
dalam pikiran yang sangat menyerupai atau gambaran yang dihasilkan oleh
penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf
penglihatan, dan daerah-daerah otak yang bersangkutan
21
9.
Jenis-jenis
citraan
a. Citraan penglihatan (Visual
Imagery)
Citraan
yang ditimbulkan oleh indra penglihatan(mata). Citraan ini merupakan jenis yang
paling sering digunakan penyair. Citraan ini mampu memberikan rangsangan kepada
indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah
terlihat.
Contoh :
Kulihat tempat yang indah di mentari
Contoh :
Kulihat tempat yang indah di mentari
b. Citraan Pendengaran (auditory
imagery)
Citraan yang berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran.Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi tembang, dendang, mengiang, berdentum, dll.
Contoh :
Suaranya yang menggelegar cetar membahana
Citraan yang berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran.Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi tembang, dendang, mengiang, berdentum, dll.
Contoh :
Suaranya yang menggelegar cetar membahana
c. Citraan Perabaan (Tactual)
Citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat kita membaca puisi kita dapat menemukan diksi yang membawa kita seolah-olah merasakan apa yang disyairkan.
Citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat kita membaca puisi kita dapat menemukan diksi yang membawa kita seolah-olah merasakan apa yang disyairkan.
Contoh:
Pedih dan perih merasuki sukma
Pedih dan perih merasuki sukma
d. Citraan Penciuman (alvaktory)
Citraan yang dapat dirasakan oleh indra penciuman. Dengan membaca kata-kata tertentu dalam puisi kita seperti mencium bau sesuatu.
Citraan yang dapat dirasakan oleh indra penciuman. Dengan membaca kata-kata tertentu dalam puisi kita seperti mencium bau sesuatu.
22
Contoh:
Harum
semerbak aroma tubuhnya
e. Citraan
Pencecapan/Pencicipan(gustatory)
Yaitu citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa pahit, manis, asam, pedas, dll.
Yaitu citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa pahit, manis, asam, pedas, dll.
Contoh:
Neraka
adalah rasa pahit di mulut (Subagio Sastrowardoyo)
f. Citraan Gerak (kineistetik)
Adalah citraan yang ditimbulkan oleh gerak tubuh sehingga kita merasakan atau seolah melihat gerakan tersebut.
Adalah citraan yang ditimbulkan oleh gerak tubuh sehingga kita merasakan atau seolah melihat gerakan tersebut.
Contoh:
Kulapangkan
dada dan kukepalkan tangan
Contoh
lengkap Puisi
dengan Citraan diatas
:
Kulihat sawah yang membentang luas
Kudengar suara kicauan burung yang ramai
Angin dari timur mulai berhembus dan dinginnya menusuk tulang
Kucium aroma yang dibawa angin itu
Sangat pahit rasanya
Aku berlari sampai akhirnya aku menyadari bahwa semuanya itu hanyalah mimpi
Kulihat sawah yang membentang luas
Kudengar suara kicauan burung yang ramai
Angin dari timur mulai berhembus dan dinginnya menusuk tulang
Kucium aroma yang dibawa angin itu
Sangat pahit rasanya
Aku berlari sampai akhirnya aku menyadari bahwa semuanya itu hanyalah mimpi
21
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan
bahwa puisi Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima “membuat” atau poeisis ‘pembuatan’,
dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau
poetry (Aminuddin, 2004: 134). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait (Depdiknas, 1997:
794). Thomas Chalye yang dikutip Waluyo mengatakan puisi merupakan ungkapan
pikiran yang bersifat musikal (Waluyo, 1991: 23). Dan usur-unsur yang membangun
puisi adalah bunyi,irama,diksi, bahasa kias,citraan atau gambaran angan
B.
Saran
Dari makalah ini saya sebagai penyusun mengharapkan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat ember ilmu baru kepada para pembaca dan
sayapun mengharapkan tegur sapa serta saran yang bisa ember makna dan dapat
menjadi bahan pembelajaran kepada saya dari kekeliruan yang ada dalam makalah
ini
24
DAFTAR
PUSTAKA
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembacaan%20puisi.htm
26
Komentar
Posting Komentar